Kita telah membicarakan panjang lebar masalah ekstremitas.
Barangkali ada yang bertanya, “Bagaimana dengan sikap tak peduli? Dia termasuk
penyakit kronis umat Islam yang susah diobati. Bukankah sikap tidak
peduli perlu kalian bahas, meskipun sebentar?” Kami katakan kepada penanya ini,
“Kamu berhak mengajukan pertanyaan seperti tadi. Akan tetapi, kami sekarang membahas
masalah ekstremitas dan pengobatannya. Namun, tidak masalah jika di akhir pembahasan singkat
tentang sikap ekstrem kita membahas sikap tidak peduli, karena ini merupakan
penyakit yang tidak kalah
berbahaya dengan sikap ekstremis.
Sesungguhnya agama tidak disia-siakan kecuali sebab sikap tidak peduli
terhadap batas-batas dan kehormatan-kehormatannya. Tanah suci Al-Quds tidak hilang kecuali
karena sikap abainya kaum muslimin terhadap agama mereak. Andalusia tidak lepas dari kaum
muslimin kecuali sebab sikap abai kaum muslimin terhadap agama mereka dan
pertikaian di dalam urusan jabatan dan kesultanan. Bosnia tidak hilang kecuali
sebab sikap tidak peduli kaum muslimin di negeri mereka. Kehormatan mereka
tidak hilang kecuali sebab ketidakpedulian kaum muslimin terhadap mereka
walaupun dengan dinar dan dirham. Dunia Timur yang ateis dan dunia Barat yang
salibis tidak menguasai umat Islam kecuali sebab ketidakpedulian umat terhadap
agama dan kelalaian mereka terhadap hak Tuhan mereka. Umat Islam tidak tercerai
berai kecuali sebab ketidakpedulian mreka terhadap hak Tuhan mereka dan
kelalaian mereka dari kewajiban-kewajiban agama yang memerintahkan dengan
ungkapan yang jelas dan indah,
“Dan berpegangteguhlah kamu
semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai” (Qs. Âli ‘Imrân [3]: 103).
Bangsa Israel tidak dapat mengalahkan bangsa Arab kecuali umat Islam menyia-nyiakan
perintah-perintah Tuhannya. Bangsa Yahudi di Palestina tidak lebih dari lima
juta jiwa, sementara bangsa Arab lebih dari 250 juta. Dan kaum muslimin sendiri
jumlahnya lebih dari satu milyar. Andaikata bangsa Arab bersatu dalam
menghadapi bangsa Yahudi, niscaya akan membuat mereka gelisah dan hidup mereka
menderita.
Sesungguhnya sikap ekstrem dan sikap abai
merupakan dua sisi mata uang.
Keduanya sangat berbahaya terhadap Islam. Agama adalah pertengahan antara sikap
berlebihan dan sikap tidak peduli. Allah berfirman, “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) "umat
pertengahan” (Qs. Al-Baqarah [2]: 145).
Maksud pertengahan di sini bukanlah pertengahan secara matematis. Akan
tetapi, maknanya adalah umat yang adil, benar, baik dan saleh. Agama Islam
adalah agama yang membawa keadilan untuk umat manusia.
Islam datang untuk bersikap adil terkait dengan Nabi Isa dan Ibunya
Maryam. Islam menolak sikap ekstrem kaum Nasrani yang menjadikan Nabi Isa sebagai Tuhan atau anak Tuhan dan dalam waktu yang sama
menolak sikap acuh kaum Yahudi yang berusaha membunuhnya dan menuduh ibunya
dengan tuduhan yang paling keci. Islam adil di antara dua kelompok.
Ahlusunnah adalah pertengahan antara Syiah yang melebih-lebihkan Ali di
luar batas dan Khawarij yang mencela Ali. Oleh karena itu, ulama salaf mendefinisikan kelompok Ahlusunnah wal-Jamaah dengan, “Mereka adalah pertengahan antara kelompok yang
berlebihan dan kelompok yang kurang peduli terhadap akidah, perilaku dan muamalah.”
Orang yang ingin menempuh pendekatan
Islam dan mengikuti jalannya
yang lurus, wajib mengikuti jejak-jejak Ahlussunnah wal-Jamaah atau salafus saleh. Mereka adalah kelompok moderat di antara dua sikap esktrem. Mereka pertengahan antara
kelompok yang mengajak toleransi walaupun dalam hal prinsip dan bersatu
walaupun mengalahkan akidah dan antara kelompok Khawarij yang mengkafirkan kaum
muslimin karena maksiat dan Murjiah yang mengatakan, selama masih ada iman,
dosa tidak berpengaruh apa-apa dan mengatakan, “Sesungguhnya Firaun Musa
beriman.”
Mereka pertengahan antara Yahudi yang mementingkan materi dan dunia
daripada kesalehan hati dan jiwa dan antara Nasrani yang membuat bid’ah
kependetaan dan meninggalkan urusan dunia.
Orang muslim wajib mengumpulkan antara kebaikan dunia dan akhirat,
menjalani sebab-sebab duniawi dengan tubuhnya dan bertawakal kepada Allah
dengan hatinya. Orang muslim adalah pertengahan antara orang-orang yang
mensakralkan akal dan mengutamakannya atas teks dan antara orang-orang yang
menghilangkan peran akal sama sekali, meskipun dalam memahami teks,
menjelaskannya, dan mengungkap hikmahnya yang tersembunyi. Orang muslim adalah
pertengahan antara kelompok yang meniadakan teks-teks syariat dengan dalih menjaga
tujuan-tujuan syariat dan antara kelompok yang tidak memperhatikan
tujuan-tujuan syariat yang bersifat umum dengan dalih menjaga teks. Orang muslim adalah
pertengahan antara orang yang tenggelam dalam urusan politik dengan mengalahkan
pendidikan Islam yang benar dan antara orang yang menjauhi politik secara total
dengan alasan mengkhususkan diri dalam pendidikan Islam hingga dia tidak
mengetahui perkembangan Islam di sekitarnya dan dunia secara umum.
Orang muslim adalah pertengahan antara orang yang mengambil apa saja yang
berasal dari peradaban barat tanpa memfilternya dan antara orang yang menolak
peradaban barat secara menyeluruh, sekalipun sesuatu yang bermanfaat untuk kaum
muslimin. Seorang muslim mengambil ilmu-ilmu murni yang bermanfaat, seperti
kimia, kedokteran, teknik dan sejenisnya dan meninggalkan pemikiran,
prinsip-prinsip dan etika-etika Barat yang bertentangan dengan syariat Islam.
Orang muslim adalah pertengahan antara kelompok konservatif meskipun dalam masalah-masalah
sarana, misalnya komputer dan internet dan antara kelompok perubahan, meskipun
dalam prinsip-prinsip Islam dan tujuan-tujuan besarnya.
Sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda,
إِنَّ الدِّيْنَ يُسْرٌ.
“Sesungguhnya agama itu mudah.”[1]
Ini adalah benar. Akan tetapi, melepaskan diri dari syariat Islam dengan
dalih kemudahan, tidak boleh. Ini tidak masuk dalam Hadis tadi. Kelompok
sekularis ekstrem menginginkan agar umat Islam melepaskan diri dari syariat
Islam dengan dalih agama itu mudah. Makna mudah yang dikehendaki dalam Hadis
tadi bukanlah bebas dari agama, lalu terjerumus dalam perbuatan-perbuatan keji
dan dosa-dosa besar. Makna Hadis tadi bukanlah menutup kedua mata dari perbuatan
keji dan mungkar yang ada agar selamat dari tuduhan ‘Islam garis keras’.
Makna mudah yang dikehendaki dalam Hadis tadi adalah kamu melakukan
sesuai dengan apa yang dilakukan Rasulullah Saw yang mana beliau tidak diberi
dua pilihan kecuali memilih yang paling mudah di antara keduanya, selama bukan dosa. Sebuah Hadis
menyebutkan, “Rasulullah Saw tidak diberi pilihan antara dua perkara kecuali
memilih yang lebih mudah di antara keduanya selama bukan dosa. Jika berupa
dosa, beliau orang yang paling jauh darinya.”[2]
Kemudahan bukan dalam hal yang diharamkan Allah karena Allah tidak
mengharamkan sesuatu yang mengandung kemaslahatan kepada hamba-hambaNya. Allah berfirman,
“Apakah (pantas) Allah yang
menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Mahahalus, Maha Mengetahui” (Qs. Al-Mulk [64]:
14).
Hendaklah setiap muslim mengetahui bahwa Allah tidak membebani manusia
kecuali sesuai kemampuannya. Adapun perkara berat yang ada dalam sebagian perintah adalah perkara
berat yang mampu ditanggung manusia dan membawa faidah untuk badan, jiwa dan hati.
Misalnya, beratnya puasa dan shalat subuh pada musim dingin dan shalat
Zhuhur pada musim panas.
Syariat Islam datang dengan ‘azîmah
(hukum asli) dan rukhshah (hukum keringanan). ‘Azîmah disyariatkan dalam
kondisi-kondisi tertentu dan rukhshah juga
disyariatkan dalam kondisi-kondisi tertentu. Jika kondisinya kondisi rukhshah,
seorang muslim diperintahkan untuk melakukannya, berdasarkan sabda Rasulullah Saw,
إِنَّ الله يُحِبُّ أَنْ تُؤْتَي رُخَصُهُ
كَمَا يُحِبُّ أَنْ تُؤْتَي عَزَائِمُهُ.
“Sesungguhnya Allah suka kemurahan-kemurahan-Nya
diambil sebagaimana ketentuan-ketentuan asli-Nya dilaksanakan.”[3]
Akan tetapi, setiap muslim tidak mengambil rukhshah ketika syariat Islam
tidak membolehkannya. Dan jika ia seorang pemimpin, dianjurkan untuk tidak
mencari-cari rukhshah.
Kesimpulannya, agama menjadi sia-sia oleh kelompok ekstremis dan
kelompok yang tidak peduli. Maka janganlah bersikap ekstrem bersama
orang-orang yang bersikap radikal dan janganlah tidak peduli bersama orang-orang
yang tidak peduli. Ikutilah petunjuk Nabimu. Semoga Allah melimpahkan rahmat
dan salam kepada kia dalam setiap waktu.
ijin copas gambar untuk artikel di blog saya di www.swaranda.blogspot.com
BalasHapusMenumpang promosi juga, bahwa kami menjual buku Islami Online di alamat
http://swaranda.blogspot.com/p/blog-page.html