Tidak
ada satu kegiatan yang dilakukan seseorang, kecuali tersirat di dalamnya
keberaadannya kini dalam keadaan aman atau kebutuhannya akan rasa aman itu,
kini atau masa datang. Manusia akan menetap di satu tempat atau berkonsenterasi
dalam satu kegiatan bila ia merasa bahwa keamanannya terpenuhi. Karena kalau
tidak, ia pasti akan hijrah ke tempat lain, atau memilih aktivitas yang
melahirkan rasa aman.
Rasa aman yang merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia itu dinilai lebih dibutuhkan daripada kesehatan. Yang sakit dapat
tertidur, tetapi yang takut, sirna darinya kantuk. Yang sakit tapi merasa aman,
tidak merasakan penyakitnya, sedang yang tidak merasa aman, walau sehat, akan
selalu merasa terganggu hidupnya. Karena itu dapat dimengerti jika Nabi
Muhammad saw. bersabda:
"Siapa
di antara kamu yang telah merasa aman hatinya, sehat badannya dan memiliki
makanan sehari-harinya maka ia bagaikan telah dianugerahi dunia." (HR. at-Tirmidzi)
Kata aman/keamanan terambil
dari bahasa Arab. Dalam bahasa
Memang
ada kaitan yang sangat erat antara ketiganya. Amanah diserahkan kepada satu
pihak yang dipercaya bahwa apa yang diserahkan itu akan terpelihara dengan aman
oleh yang diserahi.
Rasa Aman dan Aspek-aspeknya
Rasa
aman adalah sesuatu yang mutlak dibutuhkan. Karena itu, tidak heran jika
ditemukan sekian banyak firman Allah dan beraneka kosakata yang digunakan oleh
al-Qur'an dan Sunnah untuk mengajak semua pihak agar menciptakan keamanan dan
perdamaian di persada bumi ini. Kata-kata yang terdiri dari huruf-huruf alif,
mini, dan nun yang daripadanya terbentuk antara lain kata aman,
iman, dan amdnah dalam berbagai bentuknya ditemukan mendekati angka
seribu.
Bukanlah satu hal yang sulit untuk membuktikan pernyataan yang
menyatakan bahwa Islam sangat mendambakan terciptanya rasa aman dan damai dalam
segala aspeknya.
Penghormatan yang ditetapkannya atas hak-hak asasi manusia,
kewajiban amar makruf dan nahi munkar, syura, dan lain-lain, demikian juga
ajaran syariatnya seperti mewajibkan yang mampu membayar zakat kepada yang
butuh sehingga terpenuhi kebutuhan mereka, atau anjurannya untuk sumbangan
sukarela (sedekah) kecaman terhadap kekikiran, penolakannya terhadap segala
bentuk tirani, seperti penumpukan harta pada satu kelompok, penggunaan harta
secara batil, pengharaman riba dan eksploitasi, tuntunannya untuk berlaku adil
walau terhadap keluarga dan diri sendiri, bahkan nama agama ini
"Islam" dan sapaan yang dianjurkannya untuk diucapkan terhadap yang
dikenal dan tidak dikenal "As salamu 'Alaikum" kesemuanya dan
masih banyak lainnya membuktikan kebenaran pernyataan itu. Demikian juga
tuntunannya menyangkut pembinaan keluarga yang didasari antara lain oleh
penyaluran dorongan seksual secara suci, dan benar serta didasari oleh mawaddah
dan rahmat, hingga ketentuan-ketentuannya menyangkut hubungan
antarpribadi dan masyarakat umat manusia, Muslim atau
menekankan
bahwa perbedaan jenis dan warna kulit atau kepercayaan dan agama bukanlah
penghalang bagi terciptanya perdamaian dan rasa aman dalam masyarakat.
Bahkan, bukan hanya terhadap manusia, terhadap lingkungan pun
hubungan mesra harus dipelihara. Salah satu prinsip dasar interaksi yang
ditetapkan Islam adalah la dharar wa la dhirdr yang mengandung arti
larangan melakukan perusakan terhadap diri dan juga pihak lain—baik langsung
maupun tidak langsung—termasuk larangan perusakan lingkungan, karena
perusakannya mengakibatkan kerusakan diri dan makhluk lain, bahkan Rasulullah
saw. melukiskan bahwa hubungan tersebut hendaknya berdasar cinta dan kasih
sayang serta persahabatan. Karena itu, beliau melukiskan Gunung Uhud yang berlokasi
tidak jauh dari kota Madinah bahwa "Gunung Uhud mencintai kita dan kita
pun mencintainya".
Sedemikian berharga rasa aman bagi manusia, sampai-sampai balasan
di dunia yang dijanjikan Allah kepada mereka yang menyambut ajakan-Nya antara
lain adalah rasa aman itu. Allah berfirman:
"Allah
telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yangsaleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh
untuk
mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka
berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan
tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap)
kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik". (QS. an-Nur [24]:55)
Sebaliknya, Allah mengancam dengan kelaparan dan rasa takut yang
dapat menimpa masyarakat akibat kekufuran mereka. Dalam konteks ini Allah
berfirman:
"Dan
Allah telah membuat suatu perumpamaan
(dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang
kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari
nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan
dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat." (QS.
an-Nahl [16]:112)
Dari kedua yang terbaca dengan jelas kaitan antara iman dan rasa
aman. Seorang yang beriman/percaya akan merasa aman dengan siapa yang
dipercayainya, sekaligus memberi keamanan kepada selainnya. Rasul saw.
mengingatkan bahwa:
"Demi
Allah tidak beriman, demi Allah tidak berirnan, derni Allah tidak beriman. Para
sahabat bertanya: "Siapa wahai Rasulullah?" Nabi menjawab: "Yang
tidak memberi rasa aman tetangganya dari gangguannya" (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Demikian
sedikit dan banyak yang dapat dikemukakan …, Islam mendambakan lahirnya
rasa aman dan keamanan dengan berbagai cara yang mencakup berbagai aspek,
antara lain:
a. Aspek sosial, yang antara lain mengandung perlindungan terhadap
seseorang dan atau kelompok dari pelanggaran terhadap hak-haknya baik diri
kehormatan maupun harta bendanya.
b. Aspek ekonomi, yang mengandung tersedianya kebutuhan pokok, berupa
sandang, pangan, dan papan, serta keterhindaran dari pemerasan, monopoli,
pengangguran.
c. Aspek politik, yang mengandung keharusan adanya demokrasi dan
syura, serta kebebasan yang bertanggung jawab untuk mengemukakan pendapat/amar
ma'ruf dan nahi munkar.
d. Aspek keamanan nasional, yang mencakup rasa aman dari ancaman yang
bersumber dari dalam maupun dari luar.
Keyakinan
adalah unsur utama bagi terciptanya rasa aman. Agama melalui keyakinan tentang
wujud Tuhan dan tuntunan-Nya mampu memberi bahkan menciptakan rasa aman itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar